21/05/16

Tentang Dia

Diposting oleh Divany Alifiani di 08.41 0 komentar
Blog ini berdebu banget yaa...
Ketauan banget gue jarang buka, update apalagi, sampe-sampe tadi aja gue lupa sama password email blog gue. Hampir aja blog ini jadi gak terurus. Ya emang gak keurus sih hahahaha  :p

Barusan gue bongkar-bongkar foto lama FB gue. Agak salah sih sebenarnya, cause a lot of memory comes up afterwards. Sesaat gue melihat foto gue dengan sahabat gue, Kiran. Dulu dia sering banget nampang di blog gue.
Ngeliat foto itu, gue jadi inget semuanya, jaman-jaman jahiliah SMP.

Saat-saat dimana gue dan Kiran mengejar seseorang. Bukan orang yang sama kok, hanya saja mereka memang sekelas hahaha.
Saat-saat dimana gue dan Kiran sampe rela menunda jam pulang cuma sampe nungguin mereka lewat.
Saat-saat dimana setiap abis jajan di kantin, gue selalu nyempetin lewat parkiran sepeda cuma buat tau dia parkir sepedanya dimana.
Saat-saat dimana tiap rabu siang, gue selalu liat keluar jendela kelas ke arah parkiran sepeda, menunggu dia lewat ngambil sepedanya (kelas dia emang bubar duluan tiap hari rabu) dan menjadi begitu patah hati begitu jendela itu ditutup, dijadiin tembok dikemudian hari.
Saat-saat dimana tiap hari selasa pagi gue selalu ijin ke toilet cuma buat liat dia lagi main bola di lapangan karena saat itu dia emang lagi jam olahraga.
Saat-saat dimana gue selalu curi-curi pandang ke kelasnya tiap gue ke ruang guru karena kelasnya emang pas di samping ruang guru.
Saat-saat dimana hari sabtu selalu menjadi hari favorit gue. Karena cuma di hari sabtu gue bisa sekelas sama dia, walaupun cuma 4 jam. Gue sama dia berada di level yang sama waktu les b.inggris di LIA Galaxy Bekasi. Gue selalu dateng paling awal cuma buat nungguin dia dateng, dan bisa menjadi begitu kecewa ketika dia gak dateng. Walaupun absennya dia bisa diitung jari sih.

Gue inget semua itu.

Gue inget dia duduk di belakang pintu di hari pertama LIA. Dan gue juga inget spot favoritnya adalah di bawah kipas.

Gue inget waktu dia bilang dia mau lanjut sekolah di SMA TN Magelang dan membuat gue begitu sedih dan bangga di saat yang bersamaan. Gue inget hari-hari dimana gue kangen sama dia setelah dia lulus dan sekolah di Magelang.
Gue inget, betapa senangnya gue waktu tiba-tiba dia muncul di perpus SMP pake seragam pesiar yang bikin dia keliatan gagah banget. Rasanya gue bisa teriak saking senangnya.

Dan pada akhirnya...gue sekolah di tempat yang sama dengannya, di lembah tidar SMA TN Magelang. Sekolah yang kemudian menjadi rumah kedua gue dimana gue menemukan keluarga baru gue, AURORA XXI.

Gue inget dia menemui gue setelah upacara Bukadik, lalu kita makan es krim bareng-bareng. Jantung gue berdegup gak karuan sampe gue takut dia bakal dengar. Itu....... pertama kalinya dia menemui gue secara langsung

Gue inget dia memberikan titipan berupa susu cokelat, wafer tango cokelat dan ucapan semangat ketika gue mau melakukan RPS, PKT, Pembaretan di penghujung masa pendidikan dasar. Ketiga benda yang selalu gue simpen, gak pernah gue makan sampe gue lulus karena buat gue, ketiga benda itu berharga.

Gue inget saat dimana gue meninggalkan buku notes gue di kelas dia setelah gue ujian di kelasnya. Di buku notes itu tertulis inisial namanya, buku itu ditemukan temannya, temannya memberitahunya dan dia pun tahu. Ada sesuatu yang gue sembunyiin dari dia, perasaan gue. Sejak saat itu dia menjadi seolah menjaga jarak dari gue.

Walaupun begitu, dia tetap lah motivasi utama gue selama gue SMA. Dia adalah salah satu yang terpintar di antara teman-temannya. That's why, gue gak boleh kalah sama dia. Gue cuma berharap dengan gue menjadi salah satu dari jajaran siswa dengan nilai baik, dia bakal ngeliat gue. Well, even though in the end, gue gak pernah jadi juara kelas walaupun gue selalu masuk 3 besar di kelas (hanya peringkat pertama yang di panggil di Balairung dan namanya dipampang dipapan prestasi) dan nama gue baru dipanggil ketika gue kelas 3 yang notabene dia udah lulus.

Lalu tersebar kabar bahwa dia menyukai seseorang di angkatannya, gue merasa tertohok. Tapi gue gak mau mempercayai kabar itu sebelum benar ada kabar dia jadian sama cewek ini. Cewek ini baik, dia mengembalikan buku notes gue, dan cewek ini juga tahu perasaan gue ke dia. That's why gue agak merasa terkhianati sebenarnya. Tapi gue gak pernah menunjukkannya ke cewek ini. Gue selalu bersikap seolah emang gak terjadi apa-apa.

Kemudian dia lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di sebuah Institut di Bandung, dan tidak pernah ada kabar dia jadian sama cewek manapun. Bahkan cewek yang sempat digosipkan dia sukai pacaran dengan orang lain. Gue sempat lega karenanya. Gue juga memberikan buku Filosofi Kopi karangan Dee sebagai hadiah perpisahan. Gue gak tau, apakah saat ini buku itu masih dia simpen atau sudah berakhir di tukang loak.

Di penghujung tahun terakhir di SMA, gue mendengar kabar dia berpacaran dengan cewek lain. Hati gue patah. After all this time..........
Gue terpuruk selama beberapa minggu. Sulit banget buat gue menerima kenyataan itu. Gue sempat berpikir dia jahat. Walaupun pada akhirnya, gue menarik pikiran itu, gue gak bisa memaksa dia buat membalas perasaan gue. Kalaupun iya, perasaan itu belum tentu tulus.

Gue lulus dari SMA dan entah kenapa takdir seolah menuntun gue buat ketemu dia lagi di tempat yang sama. Gue kuliah dengan jurusan yang sama dengannya, di tempat yang sama. Entah harus gue sebut musibah atau anugerah. But life must go on, all I have to do is just keep holding on.

Here I am now. Di tahun ketiga kuliah gue, tenggelam dalam proposal skripsi dan praktikum yang seolah tiada pernah berakhir. Dalam beberapa kesempatan, gue masih sering ketemu sama dia, tapi kita gak pernah bertegur sapa. Ngobrol pun bisa diitung jari dan itupun selalu canggung dan awkward. Dia berada di tahun terakhirnya, sibuk dengan persiapan seminar akhir dan ujian kompre lalu wisuda kemudian say bye bye sama kampus Ganesha.

Dia.............
Orang yang SMP, SMA, dan kuliah selalu di tempat yang sama bahkan jurusannya pun sama dengan gue, Orang yang memiliki nosis 09 5577 dan NIM 13012084. Kakak kelas gue. Abang sekolah gue. Abang tim gue di tim Kimia. Dan orang yang paling bertanggung jawab atas jungkir baliknya hidup gue selama hampir satu dekade. Dia... cinta pertama gue. Faris Sulistiawan.

Gue gak pernah menyesal pernah menyukainya. Gue bahkan bersyukur dia pernah hadir di hidup gue. Menyukainya mengajarkan gue banyak hal, tentang kesabaran, pengorbanan, dan ketulusan. Dan jika pun ada kesempatan buat gue mengulang waktu, gue akan senang hati balik lagi ke jaman jahiliyah itu.

Entah sudah berapa banyak air mata gue yang tumpah dan senyum yang tercipta karena dia. Dan gak peduli walaupun sekarang gue udah punya pacar, selalu ada tempat di hati gue buat dia. Walaupun itu tetap gak akan ngerubah keadaan, I will never be with him. Even if he begs me. Dia cukup ada di masa lalu gue, dan buat gue..... itu udah cukup.

17/10/14

Two Poles Apart

Diposting oleh Divany Alifiani di 09.28 0 komentar
I don't know what's happening to me. Everything seems so wrong. I need to breath. I want to escape.

Yes. A great escape where no one could find me. Only me and my self. Damn!

My mood is like turn upside down. At the one time, I feel good. Everything just fine. But, one second later, I feel like I wanna runaway. Escape from those hell things. It's sucks!

Gooodd..... what's wrong with me? Am I crazy? Or just a desperate pathetic girl?
But, one thing at least i could understand.  I'm different.

12/06/14

Hitam Putih

Diposting oleh Divany Alifiani di 09.14 0 komentar
Hitam dan putih.
Dwiwarna perlambang perbedaan makna.
Laksana nirwana dan mayapada.
Hitam dan putih.
Tercipta tidak untuk bersua.

Aku hitam.
Kamu putih.
Kita memiliki arah horizon yang sama.
Namun tak ingatkah engkau?
Senja kita tak pernah sewarna.

Takdir kita memang bertemu.
Namun tidak untuk bersatu.
Kumohon jangan membuatnya semakin saru.
Kau.
Aku.
Tahu itu.

Jangan

Diposting oleh Divany Alifiani di 09.10 0 komentar
Jangan pinta aku menjadi Sinta.
Aku adalah refleksi rahwana yang tertampar realita dan terjebak dalam dimensi yang berbeda, berusaha mencari-cari Rama, seolah-olah ia nyata.

Jangan suruh aku menjadi bidadari.
Laksana gadis belia, aku tak paham akan tutur kata bahasa alam, tak pernah tahu akan batas horizon, tak akan mampu menembus cakrawala.

Jangan paksa aku menjadi mentari.
Aku hanya akan mencipta kabut-kabut ilusi, memalsu jutaan imaji dalam setiap diri.

Karena aku....
Adalah aku.

26/05/14

Balada Kaos Kaki

Diposting oleh Divany Alifiani di 10.17 0 komentar
Good night everyone! Mungkin di postingan kali ini isinya bakalan sedikit abnormal yak. Jadi silakan yang mau di skip. Silakan skip postingan ini. Karena di postingan ini, gue mau cerita tentang kaos kaki.

Kaos kaki banget, dip?

Iye, kaos kaki. Tau kaos kaki kan? Itu looh yang biasa lo pake setelah pake sepatu. Eh apa sebelumnya? Ntahlah. Setiap orang punya ritual tersendiri sama benda satu ini. Adek gue yang cowo contohnya. Dulu dia punya ritual ngacung-ngacungin kaos kaki bekas dia pake setelah pulang sekolah ke muka gue. Tapi sepertinya sekarang dia sudah tobat, jadi udah jarang banget kumat.

Tp di sini gue bukan mau cerita tentang keabnormalan adek gue dan kaos kakinya. Gue di sini mau cerita tentang kaos kaki cowok gue, Irfandi. Oke, kalimat ini sepertinya ambigu jadi biar gue luruskan. Nama irfandi itu nama cowo gue, bukan nama kaos kaki.

Hah? Emang kenapa sama kaos kakinya Fandi, Dip?

Gak tau. Gue berasa kayak punya chemistry gitu sama kaos kakinya. Bingung ya? Iya, gue juga kok.

Semua ini bermula di hari selasa yang mendung. Waktu itu hujan deres. Gue sama fandi abis dari KBL (Kantin Barat Laut) mau ke perpus. Biasalaah.. nasib mahasiswa TPB kalo nunggu kuliah berikutnya mesti nongkrongnya di perpus. Karena belum punya sekre buat tempat nongkrong kali ya? Tau deh. Yang jelas di perpus tuh asik. Selain adem, ada sofa ijo guede banget di lantai dua. Cocok banget buat dijadiin kasur dadakan. Gue sama sohib gue, Tiara dulu seneng banget duduk-duduk di sini dan dengan seenak jidat menjadikan sofa ini jajahan kita.

Begitupun gue sama Fandi, kita memutuskan buat duduk-duduk di sofa ini. Gue ngelepas sepatu trus leyeh-leyeh gitu di sofa. Fandi juga, dia kayak udah gak betah pake sepatu coz kaos kakinya basah kena ujan tadi. Baru juga beberapa menit kita duduk-duduk, tiba-tiba:
Fandi: "Div, aku ada kuia fisika ntar."
Gue: "Kapan? Pas jam tutorial??"
Fandi: "Iyo"
Gue: "Trus kamu mau ikut?" (Antara bodoh atau terlalu jenius. Jujur gue sendiri juga bingung kenapa gue nanya gini)
Fandi: "Iyo lah" (Jawaban yg sangat cerdas)
Gue: "Yaudah gih. Mau berangkat kapan? Sekarang?"
Fandi: "Iyo. Nunggu di sana aja."
Gue: "Yowis sok sono. Good luck ya"
Fandi: "Yo. Eh Div.. nitip kaos kaki yak. Kalo bisa sekalian cuciin hehehe"
Gue: "Hah? Cuciin banget? Kenapa gak sekalian kamu pake lagi aja?" (Shock)
Fandi: " Hehehe iyo. Basah soalnya. Gak enak kalo dipake lagi."
Gue: "And then?"
Fandi: "Cuciin dong :3 "
Gue sempet ngedebat Fandi gitu. Walaupun ujung-ujungnya ya tetep aja gue ngalah. Abis bilang makasih, tuh cowok langsung ngeloyor pergi. Meninggalkan gue dengan sepasang kaos kaki yang kalo seandainya dia orang, lagi dying kali ya.

Gue bingung. Gimana cara bawanya ini mah. Helloooow..... ini basah yaa. Kaos kaki pula. Yah.. you know what I mean.
Tas gue di bawah, di tempat penitipan tas. Masa iya mau gue kewer-kewer gitu aja tuh kaos kaki?
Trus gue inget, gue kan selalu bawa kantong plastik item kecil di tas gue, pake itu aja. Tp emang hukum alam ya kayaknya. Satu masalah mati muncul anaknya yg masih idup. Ini kaos kaki mau gue taro mana, masa iya mau gue tinggal gitu aja? Ntar kalo ilang gimana?

"Alaaah... siapa juga sih yg mau ngambil? Orang basah gini kok. Jangan kan mau ngambil. Nyentuh pun gak bakalan ada." Trus gue geser-geser dikit tuh kaos kaki biar gak terlalu frontal, abis itu gue turun ngambil plastik item di tas gue. Tp kok perasaan gue gak enak yaa? Duh gue harus cepet-cepet balik nih.

Daan pas gue lagi di tangga mau ke lantai 2 'menjemput' itu kaos kaki, gue papasan sama cleaning service. Duuh.. perasaan gue makin gak enak. Jangan-jangan kaos kakinya fandi.....

Daaaan.... tadaaaa...... pas gue balik, sesuai firasat gue. Kaos kakinya Fandi lenyap dengan sempurna!
Tuh kaan..... gimana ngomongnya sama Fandi ieu teh?? Masa iya gue harus bilang gini:
'Fan, kaos kakimu mendadak punya kaki trus gak mau dicuci. Makanya dia melarikan diri.'
Yakali deeh Fandi seidiot itu bakal percaya~

Lalu, pandangan gue tertuju sama tempat sampah di pojok ruangan. Gue mulai curiga.
Tuuh bener kaan... sepasang benda terbuat dari kain, melar, dan basah teronggok lemas di dasarnya. Kaos kakinya Fandi. Dibuang beneran sama cleaning service tadi.
Gue celingak-celinguk berharap gak ada ngeliat. Yaudah laah. Langsung aja gue ambil, trus gue masukin kantong plastik.
Sampe kosan, langsung gue rendem semalaman. Menghilangkan jejak ceritanya. Tp tetep aja belakangan hari Fandi tau kalo kaos kakinya pernah dibuang sama cleaning service karena gue telantarkan. Untung dia gak marah ehehehe~ :D

Tp romansa gue sama KAOS KAKInya Fandi gak berakhir di situ. Terakhir pas gue mau ke Ciwalk buat foto sama anak-anak kementrian Senbud.
Baru aja gue ngambil tas selempang tosca kesayangan gue, ngecek isinya. Gue merasa ujung jari gue menyentuh sesuatu yang asing. Sebuah gumpalan yg lembut, empuk, tp juga agak kasar trus melar-melar gitu. Gue curiga. Maka gue keluarin tuh benda. Daaan........ ternyata..... itu. Kaos. Kakinya. Cowo. Gue.
Batin gue, "Kenapa kaos kaki Fandi bisa nyasar di tas selempang gue? Emang gue pernah masukin yah? Tp kapan? Masa iya kaos kakinya Fandi mendadak punya teleportasi trus pindah di mari?" beragam imanjinasi gila berseliweran di kepala gue.
Dooh.... yaudahlah.. karena waktunya sempit banget waktu itu jadi gue putuskan buat langsung naro tuh kaos kaki di ember cuci trus ngeloyor ke Ciwalk.

Gak ngerti lagi gue. Sampe sekarang pun gue masih gak ngerti kenapa kaos kakinya Fandi bisa ada di tas selempang gue yg notabene cuma gue pake hang out doang.

Konyolnya lagi. Setelah dicuci, KAOS KAKINYA MALAH ILANG. What the.....
Gue nanya ke ibu kos gue barangkali ada kaos kaki yg ketelingsut, tp ibu kos gue bilang gak ada. Aneh..
Dan lucunya, Fandi, selaku ayah dari kaos kaki ini, gak pernah sekalipun nanyain keberadaan sepasang anaknya itu.
Sampe sekarang. Bingung gue.

Yaudahlaah. Fandi, kalo kamu baca ini, trus baru sadar kalo kaos kakimu berkurang sepasang, maaf yaa. Ntar aku ganti deh. Pake stoking ;)

Okay then. I'll catch you later~

31/03/14

On My Mind

Diposting oleh Divany Alifiani di 08.59 0 komentar
Lama gak ngepost. Banyak banget yang pengen gue ceritain. Banyak banget yang gue share. Mungkin di postingan kali ini bakal sedikit serius. Soalnya ini menyangkut tentang apa yang gue pikirkan, gue rasakan, dan gue rencakan selama menjalani semester ini.

Seperti dugaan gue sebelumnya, semester ini hecticnya ampun-ampunan. Serasa gue udah gak punya celah buat bernafas. Well gue tau ini agak lebay, tapi coba deh kalo lo bayangin jadi gue, tugas menumpuk, materi tambah ribet, ujian? (Can I skip this, Goood? ). Gue bahkan udah lupa gimana rasanya weekend.  Terlalu banyak yang harus dikerjakan, terlalu banyak yang harus dikejar, terlalu banyak yg harus gue selesaikan.

Gue sering banget bete gara-gara semua plan yang udah gue susun di kepala harus berantakan. Entah karena ada acara dadakan atau entah apalah itu. Tapi intinya sih cuma satu, gue gak suka plan gue berantakan, karena itu artinya gue harus nyusun plan dari awal lagi. Walaupun gue tau, hidup itu gak kayak fairytale yang udah ada skenarionya, dan selalu happy ending. Kadang kita emang harus terima aja kenyataan kalo semua yang kita rencanakan, semua yang kita inginkan, gak harus selalu terwujud. Manusia merencakan, tapi yang nentuin tetep Tuhan.

Lo tau? Bahkan sampe sekarang pun gue masih sering berpikir. Kalo dulu gue masuk kedokteran, apakah gue akan mengalami hal seperti ini? Well, dulu gue emang pengen banget jadi dokter trus delegasi di WHO. Sebuah mimpi luar biasa dari seorang anak SMA. Tapi itu bukan tanpa alasan, gue suka biologi dari SMA, dan gue pengen bisa nolong banyak orang dari penderitaan penyakit, hal itulah yang mendorong gue buat jadi doktet. Tapi nyatanya arus kehidupan menyeret gue ke sini, di sudut kota kembang Bandung.

Gue awalnya bingung, karena gue gak tau apa yang gue kejar di kampus ganesha ini. Jadi engineer? Well, itu mungkin bisa jadi salah satu pilihan gue dari sekian sedikit pilihan yang gue punya. Tapi entah mengapa hati ini rasanya sulit menerima. Walaupun gue selalu berusaha meyakinkan  diri gue, kalo emang di sinilah jalan hidup gue, Allah punya rencana yang indah buat
gue di kampus teknik ini dan yang harus gue lakukan hanyalah mempercayainya. Tapi mungkinkah lo bisa percaya ketika bahkan untuk percaya aja menjadi hal tersulit yang lakukan? Ya mungkin itulah sedikit gambaran dari perasaan gue.

Tadi gue surfing di facebook, dan ada orang yang ngeshare link ini http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/24/curhat-do-an-itb-643765.html . Monggo dicek, dibaca, dan direnungkan.

Well, itu kayak siraman air dingin buat gue. Gue masih tingkat 1 dan gue sering banget ngerasa 'what the hell with this lecture'.  Sambil sesekali bertanya sama diri gue buat apa gue belajar ini?
Tapi sekarang gue justru mempertanyakan hal lain. Sebenarnya apa untuk apa gue kuliah? Apa yang gue kejar?
Kebahagiaan? Halah..... Gampang aja itu mah. Lo gak harus kuliah buat ngejar kebahagiaan, bro.
Dan hal ini lah yang masih harus gue pikirkan.

Well, mungkin sekarang gue emang belum  tau tujuan gue kuliah apa. Sama halnya dengan tujuan hidup gue yang masih keliatan abu-abu. Apalah gue, bro... gue saat ini hanyalah bocah 18 tahun yang masih perlu pendewasaan diri, pengalaman hidup pun masih seujung kuku. Tau apa tentang tujuan hidup.

Tapi setidaknya ada satu hal yang gue tau, gue harus  pastikan diri gue gak menyesal di kemudian hari. Karena penyesalan itu datangnya selalu belakangan.

Jalan hidup gue masih panjang banget (jika Allah berkenan memberi gue umur panjang). Mungkin seiring dengan berjalannya sang waktu, gue bakal tau tujuan hidup gue apa. Termasuk apa tujuan gue kuliah dan apa yang gue kejar.

Okee... udah malem. Besok gue masih harus kuliah. Cukup curhatnya. Bye... good night.

16/01/14

Semester 2 ??

Diposting oleh Divany Alifiani di 23.35 0 komentar
Postingan pertama di tahun 2014. Banyak banget yang mau gue ceritain. Dan gue gak tau harus mulai dari mana.

Semester pertama gue sebagai mahasiswa udah resmi berakhir. Setelah penantian selama seminggu nungguin semua kolom di ol akademik berubah jadi kuning semua, kemudian berlanjut menjadi menjadi deretan huruf. Kemudian menjadi sebuah angka yang bulat. Iya, IP. Emang apa lagi kalo bukan itu? Masa iya anak orang? -____- oke, lupakaaaan...

Emang IP lo berapa, diph? Jangan-jangan 4,00 lo ya??!!

Kalo nebak yang realistis dikit napah! Bisa kiamat dunia. Jebol kranium gue kalo IP gue segitu mah -____-
IP gue ya emang gak jelek sih. Tapi juga gak bagus-bagus amat. Ya intinya masih bisa disyukuri hehe :'). Emang IP gue bukan 4,00 standar perfect secara akademik. Tapi buat gue. IP gue itu perfect.

Kok gitu sih, diph?

Iya, soalnya itu adalah hasil kerja keras gue. Perjuangan gue selama satu semester. Lembur hampir tiap malam. Belajar gila-gilaan, dan pernah gak cuma sekali gue dibilang ambis. Kalo secara kasarnya mah itu hasil gue nyiksa diri gue selama satu semester. Dan itulah yang bikin IP gue perfect. Perfect buat gue doang loh yaaa...

Trus sekarang rencana lo apa, diph?

Gak tau. Masih suram. Gue bener-bener gak ada bayangan cuy semester 2 mau kayak apa. Tapi satu hal yang gue sadari, ini bakalan lebih hectic dari sebelumnya. Kalo ibaratnya waktu semester 1 dulu gue masih bisa ketawa maka di semester 2 gue pun masih bisa ketawa. Cuma ketawanya kayak abis dapet kunjungannya osiris.
Lo tau gak? Gue jadi inget. Dulu pacar gue pernah bilang kayak gini, "know your limit. Embrace your limit".
Emang cuma 2 kalimat sederhana. Tapi cukup buat bikin gue merenung, bikin gue sadar. Gue punya batasan. Yang pada akhirnya gue memutuskan buat berdamai sama diri gue sendiri dan belajar nerima kenyataan. Gue belajar buat ikhlas.
Iya, gue emang gak jenius. Tapi gue janji. Gue akan selalu memberikan karya terbaik dimanapun gue berada.
Gue pasrah buat apapun yang terjadi di semester 2. Tapi bukan berarti gue nyerah.
No, darling! The game is about to begin...
Gue percaya. Apapun yan terjadi di hidup gue pasti udah ada yang ngatur.  God works in a mysterious way. Gue percaya, Tuhan itu maha Adil dan rencana Tuhan selalu indah pada waktunya.

KEEP SPIRIT!!! :D

21/05/16

Tentang Dia

Blog ini berdebu banget yaa...
Ketauan banget gue jarang buka, update apalagi, sampe-sampe tadi aja gue lupa sama password email blog gue. Hampir aja blog ini jadi gak terurus. Ya emang gak keurus sih hahahaha  :p

Barusan gue bongkar-bongkar foto lama FB gue. Agak salah sih sebenarnya, cause a lot of memory comes up afterwards. Sesaat gue melihat foto gue dengan sahabat gue, Kiran. Dulu dia sering banget nampang di blog gue.
Ngeliat foto itu, gue jadi inget semuanya, jaman-jaman jahiliah SMP.

Saat-saat dimana gue dan Kiran mengejar seseorang. Bukan orang yang sama kok, hanya saja mereka memang sekelas hahaha.
Saat-saat dimana gue dan Kiran sampe rela menunda jam pulang cuma sampe nungguin mereka lewat.
Saat-saat dimana setiap abis jajan di kantin, gue selalu nyempetin lewat parkiran sepeda cuma buat tau dia parkir sepedanya dimana.
Saat-saat dimana tiap rabu siang, gue selalu liat keluar jendela kelas ke arah parkiran sepeda, menunggu dia lewat ngambil sepedanya (kelas dia emang bubar duluan tiap hari rabu) dan menjadi begitu patah hati begitu jendela itu ditutup, dijadiin tembok dikemudian hari.
Saat-saat dimana tiap hari selasa pagi gue selalu ijin ke toilet cuma buat liat dia lagi main bola di lapangan karena saat itu dia emang lagi jam olahraga.
Saat-saat dimana gue selalu curi-curi pandang ke kelasnya tiap gue ke ruang guru karena kelasnya emang pas di samping ruang guru.
Saat-saat dimana hari sabtu selalu menjadi hari favorit gue. Karena cuma di hari sabtu gue bisa sekelas sama dia, walaupun cuma 4 jam. Gue sama dia berada di level yang sama waktu les b.inggris di LIA Galaxy Bekasi. Gue selalu dateng paling awal cuma buat nungguin dia dateng, dan bisa menjadi begitu kecewa ketika dia gak dateng. Walaupun absennya dia bisa diitung jari sih.

Gue inget semua itu.

Gue inget dia duduk di belakang pintu di hari pertama LIA. Dan gue juga inget spot favoritnya adalah di bawah kipas.

Gue inget waktu dia bilang dia mau lanjut sekolah di SMA TN Magelang dan membuat gue begitu sedih dan bangga di saat yang bersamaan. Gue inget hari-hari dimana gue kangen sama dia setelah dia lulus dan sekolah di Magelang.
Gue inget, betapa senangnya gue waktu tiba-tiba dia muncul di perpus SMP pake seragam pesiar yang bikin dia keliatan gagah banget. Rasanya gue bisa teriak saking senangnya.

Dan pada akhirnya...gue sekolah di tempat yang sama dengannya, di lembah tidar SMA TN Magelang. Sekolah yang kemudian menjadi rumah kedua gue dimana gue menemukan keluarga baru gue, AURORA XXI.

Gue inget dia menemui gue setelah upacara Bukadik, lalu kita makan es krim bareng-bareng. Jantung gue berdegup gak karuan sampe gue takut dia bakal dengar. Itu....... pertama kalinya dia menemui gue secara langsung

Gue inget dia memberikan titipan berupa susu cokelat, wafer tango cokelat dan ucapan semangat ketika gue mau melakukan RPS, PKT, Pembaretan di penghujung masa pendidikan dasar. Ketiga benda yang selalu gue simpen, gak pernah gue makan sampe gue lulus karena buat gue, ketiga benda itu berharga.

Gue inget saat dimana gue meninggalkan buku notes gue di kelas dia setelah gue ujian di kelasnya. Di buku notes itu tertulis inisial namanya, buku itu ditemukan temannya, temannya memberitahunya dan dia pun tahu. Ada sesuatu yang gue sembunyiin dari dia, perasaan gue. Sejak saat itu dia menjadi seolah menjaga jarak dari gue.

Walaupun begitu, dia tetap lah motivasi utama gue selama gue SMA. Dia adalah salah satu yang terpintar di antara teman-temannya. That's why, gue gak boleh kalah sama dia. Gue cuma berharap dengan gue menjadi salah satu dari jajaran siswa dengan nilai baik, dia bakal ngeliat gue. Well, even though in the end, gue gak pernah jadi juara kelas walaupun gue selalu masuk 3 besar di kelas (hanya peringkat pertama yang di panggil di Balairung dan namanya dipampang dipapan prestasi) dan nama gue baru dipanggil ketika gue kelas 3 yang notabene dia udah lulus.

Lalu tersebar kabar bahwa dia menyukai seseorang di angkatannya, gue merasa tertohok. Tapi gue gak mau mempercayai kabar itu sebelum benar ada kabar dia jadian sama cewek ini. Cewek ini baik, dia mengembalikan buku notes gue, dan cewek ini juga tahu perasaan gue ke dia. That's why gue agak merasa terkhianati sebenarnya. Tapi gue gak pernah menunjukkannya ke cewek ini. Gue selalu bersikap seolah emang gak terjadi apa-apa.

Kemudian dia lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di sebuah Institut di Bandung, dan tidak pernah ada kabar dia jadian sama cewek manapun. Bahkan cewek yang sempat digosipkan dia sukai pacaran dengan orang lain. Gue sempat lega karenanya. Gue juga memberikan buku Filosofi Kopi karangan Dee sebagai hadiah perpisahan. Gue gak tau, apakah saat ini buku itu masih dia simpen atau sudah berakhir di tukang loak.

Di penghujung tahun terakhir di SMA, gue mendengar kabar dia berpacaran dengan cewek lain. Hati gue patah. After all this time..........
Gue terpuruk selama beberapa minggu. Sulit banget buat gue menerima kenyataan itu. Gue sempat berpikir dia jahat. Walaupun pada akhirnya, gue menarik pikiran itu, gue gak bisa memaksa dia buat membalas perasaan gue. Kalaupun iya, perasaan itu belum tentu tulus.

Gue lulus dari SMA dan entah kenapa takdir seolah menuntun gue buat ketemu dia lagi di tempat yang sama. Gue kuliah dengan jurusan yang sama dengannya, di tempat yang sama. Entah harus gue sebut musibah atau anugerah. But life must go on, all I have to do is just keep holding on.

Here I am now. Di tahun ketiga kuliah gue, tenggelam dalam proposal skripsi dan praktikum yang seolah tiada pernah berakhir. Dalam beberapa kesempatan, gue masih sering ketemu sama dia, tapi kita gak pernah bertegur sapa. Ngobrol pun bisa diitung jari dan itupun selalu canggung dan awkward. Dia berada di tahun terakhirnya, sibuk dengan persiapan seminar akhir dan ujian kompre lalu wisuda kemudian say bye bye sama kampus Ganesha.

Dia.............
Orang yang SMP, SMA, dan kuliah selalu di tempat yang sama bahkan jurusannya pun sama dengan gue, Orang yang memiliki nosis 09 5577 dan NIM 13012084. Kakak kelas gue. Abang sekolah gue. Abang tim gue di tim Kimia. Dan orang yang paling bertanggung jawab atas jungkir baliknya hidup gue selama hampir satu dekade. Dia... cinta pertama gue. Faris Sulistiawan.

Gue gak pernah menyesal pernah menyukainya. Gue bahkan bersyukur dia pernah hadir di hidup gue. Menyukainya mengajarkan gue banyak hal, tentang kesabaran, pengorbanan, dan ketulusan. Dan jika pun ada kesempatan buat gue mengulang waktu, gue akan senang hati balik lagi ke jaman jahiliyah itu.

Entah sudah berapa banyak air mata gue yang tumpah dan senyum yang tercipta karena dia. Dan gak peduli walaupun sekarang gue udah punya pacar, selalu ada tempat di hati gue buat dia. Walaupun itu tetap gak akan ngerubah keadaan, I will never be with him. Even if he begs me. Dia cukup ada di masa lalu gue, dan buat gue..... itu udah cukup.

17/10/14

Two Poles Apart

I don't know what's happening to me. Everything seems so wrong. I need to breath. I want to escape.

Yes. A great escape where no one could find me. Only me and my self. Damn!

My mood is like turn upside down. At the one time, I feel good. Everything just fine. But, one second later, I feel like I wanna runaway. Escape from those hell things. It's sucks!

Gooodd..... what's wrong with me? Am I crazy? Or just a desperate pathetic girl?
But, one thing at least i could understand.  I'm different.

12/06/14

Hitam Putih

Hitam dan putih.
Dwiwarna perlambang perbedaan makna.
Laksana nirwana dan mayapada.
Hitam dan putih.
Tercipta tidak untuk bersua.

Aku hitam.
Kamu putih.
Kita memiliki arah horizon yang sama.
Namun tak ingatkah engkau?
Senja kita tak pernah sewarna.

Takdir kita memang bertemu.
Namun tidak untuk bersatu.
Kumohon jangan membuatnya semakin saru.
Kau.
Aku.
Tahu itu.

Jangan

Jangan pinta aku menjadi Sinta.
Aku adalah refleksi rahwana yang tertampar realita dan terjebak dalam dimensi yang berbeda, berusaha mencari-cari Rama, seolah-olah ia nyata.

Jangan suruh aku menjadi bidadari.
Laksana gadis belia, aku tak paham akan tutur kata bahasa alam, tak pernah tahu akan batas horizon, tak akan mampu menembus cakrawala.

Jangan paksa aku menjadi mentari.
Aku hanya akan mencipta kabut-kabut ilusi, memalsu jutaan imaji dalam setiap diri.

Karena aku....
Adalah aku.

26/05/14

Balada Kaos Kaki

Good night everyone! Mungkin di postingan kali ini isinya bakalan sedikit abnormal yak. Jadi silakan yang mau di skip. Silakan skip postingan ini. Karena di postingan ini, gue mau cerita tentang kaos kaki.

Kaos kaki banget, dip?

Iye, kaos kaki. Tau kaos kaki kan? Itu looh yang biasa lo pake setelah pake sepatu. Eh apa sebelumnya? Ntahlah. Setiap orang punya ritual tersendiri sama benda satu ini. Adek gue yang cowo contohnya. Dulu dia punya ritual ngacung-ngacungin kaos kaki bekas dia pake setelah pulang sekolah ke muka gue. Tapi sepertinya sekarang dia sudah tobat, jadi udah jarang banget kumat.

Tp di sini gue bukan mau cerita tentang keabnormalan adek gue dan kaos kakinya. Gue di sini mau cerita tentang kaos kaki cowok gue, Irfandi. Oke, kalimat ini sepertinya ambigu jadi biar gue luruskan. Nama irfandi itu nama cowo gue, bukan nama kaos kaki.

Hah? Emang kenapa sama kaos kakinya Fandi, Dip?

Gak tau. Gue berasa kayak punya chemistry gitu sama kaos kakinya. Bingung ya? Iya, gue juga kok.

Semua ini bermula di hari selasa yang mendung. Waktu itu hujan deres. Gue sama fandi abis dari KBL (Kantin Barat Laut) mau ke perpus. Biasalaah.. nasib mahasiswa TPB kalo nunggu kuliah berikutnya mesti nongkrongnya di perpus. Karena belum punya sekre buat tempat nongkrong kali ya? Tau deh. Yang jelas di perpus tuh asik. Selain adem, ada sofa ijo guede banget di lantai dua. Cocok banget buat dijadiin kasur dadakan. Gue sama sohib gue, Tiara dulu seneng banget duduk-duduk di sini dan dengan seenak jidat menjadikan sofa ini jajahan kita.

Begitupun gue sama Fandi, kita memutuskan buat duduk-duduk di sofa ini. Gue ngelepas sepatu trus leyeh-leyeh gitu di sofa. Fandi juga, dia kayak udah gak betah pake sepatu coz kaos kakinya basah kena ujan tadi. Baru juga beberapa menit kita duduk-duduk, tiba-tiba:
Fandi: "Div, aku ada kuia fisika ntar."
Gue: "Kapan? Pas jam tutorial??"
Fandi: "Iyo"
Gue: "Trus kamu mau ikut?" (Antara bodoh atau terlalu jenius. Jujur gue sendiri juga bingung kenapa gue nanya gini)
Fandi: "Iyo lah" (Jawaban yg sangat cerdas)
Gue: "Yaudah gih. Mau berangkat kapan? Sekarang?"
Fandi: "Iyo. Nunggu di sana aja."
Gue: "Yowis sok sono. Good luck ya"
Fandi: "Yo. Eh Div.. nitip kaos kaki yak. Kalo bisa sekalian cuciin hehehe"
Gue: "Hah? Cuciin banget? Kenapa gak sekalian kamu pake lagi aja?" (Shock)
Fandi: " Hehehe iyo. Basah soalnya. Gak enak kalo dipake lagi."
Gue: "And then?"
Fandi: "Cuciin dong :3 "
Gue sempet ngedebat Fandi gitu. Walaupun ujung-ujungnya ya tetep aja gue ngalah. Abis bilang makasih, tuh cowok langsung ngeloyor pergi. Meninggalkan gue dengan sepasang kaos kaki yang kalo seandainya dia orang, lagi dying kali ya.

Gue bingung. Gimana cara bawanya ini mah. Helloooow..... ini basah yaa. Kaos kaki pula. Yah.. you know what I mean.
Tas gue di bawah, di tempat penitipan tas. Masa iya mau gue kewer-kewer gitu aja tuh kaos kaki?
Trus gue inget, gue kan selalu bawa kantong plastik item kecil di tas gue, pake itu aja. Tp emang hukum alam ya kayaknya. Satu masalah mati muncul anaknya yg masih idup. Ini kaos kaki mau gue taro mana, masa iya mau gue tinggal gitu aja? Ntar kalo ilang gimana?

"Alaaah... siapa juga sih yg mau ngambil? Orang basah gini kok. Jangan kan mau ngambil. Nyentuh pun gak bakalan ada." Trus gue geser-geser dikit tuh kaos kaki biar gak terlalu frontal, abis itu gue turun ngambil plastik item di tas gue. Tp kok perasaan gue gak enak yaa? Duh gue harus cepet-cepet balik nih.

Daan pas gue lagi di tangga mau ke lantai 2 'menjemput' itu kaos kaki, gue papasan sama cleaning service. Duuh.. perasaan gue makin gak enak. Jangan-jangan kaos kakinya fandi.....

Daaaan.... tadaaaa...... pas gue balik, sesuai firasat gue. Kaos kakinya Fandi lenyap dengan sempurna!
Tuh kaan..... gimana ngomongnya sama Fandi ieu teh?? Masa iya gue harus bilang gini:
'Fan, kaos kakimu mendadak punya kaki trus gak mau dicuci. Makanya dia melarikan diri.'
Yakali deeh Fandi seidiot itu bakal percaya~

Lalu, pandangan gue tertuju sama tempat sampah di pojok ruangan. Gue mulai curiga.
Tuuh bener kaan... sepasang benda terbuat dari kain, melar, dan basah teronggok lemas di dasarnya. Kaos kakinya Fandi. Dibuang beneran sama cleaning service tadi.
Gue celingak-celinguk berharap gak ada ngeliat. Yaudah laah. Langsung aja gue ambil, trus gue masukin kantong plastik.
Sampe kosan, langsung gue rendem semalaman. Menghilangkan jejak ceritanya. Tp tetep aja belakangan hari Fandi tau kalo kaos kakinya pernah dibuang sama cleaning service karena gue telantarkan. Untung dia gak marah ehehehe~ :D

Tp romansa gue sama KAOS KAKInya Fandi gak berakhir di situ. Terakhir pas gue mau ke Ciwalk buat foto sama anak-anak kementrian Senbud.
Baru aja gue ngambil tas selempang tosca kesayangan gue, ngecek isinya. Gue merasa ujung jari gue menyentuh sesuatu yang asing. Sebuah gumpalan yg lembut, empuk, tp juga agak kasar trus melar-melar gitu. Gue curiga. Maka gue keluarin tuh benda. Daaan........ ternyata..... itu. Kaos. Kakinya. Cowo. Gue.
Batin gue, "Kenapa kaos kaki Fandi bisa nyasar di tas selempang gue? Emang gue pernah masukin yah? Tp kapan? Masa iya kaos kakinya Fandi mendadak punya teleportasi trus pindah di mari?" beragam imanjinasi gila berseliweran di kepala gue.
Dooh.... yaudahlah.. karena waktunya sempit banget waktu itu jadi gue putuskan buat langsung naro tuh kaos kaki di ember cuci trus ngeloyor ke Ciwalk.

Gak ngerti lagi gue. Sampe sekarang pun gue masih gak ngerti kenapa kaos kakinya Fandi bisa ada di tas selempang gue yg notabene cuma gue pake hang out doang.

Konyolnya lagi. Setelah dicuci, KAOS KAKINYA MALAH ILANG. What the.....
Gue nanya ke ibu kos gue barangkali ada kaos kaki yg ketelingsut, tp ibu kos gue bilang gak ada. Aneh..
Dan lucunya, Fandi, selaku ayah dari kaos kaki ini, gak pernah sekalipun nanyain keberadaan sepasang anaknya itu.
Sampe sekarang. Bingung gue.

Yaudahlaah. Fandi, kalo kamu baca ini, trus baru sadar kalo kaos kakimu berkurang sepasang, maaf yaa. Ntar aku ganti deh. Pake stoking ;)

Okay then. I'll catch you later~

31/03/14

On My Mind

Lama gak ngepost. Banyak banget yang pengen gue ceritain. Banyak banget yang gue share. Mungkin di postingan kali ini bakal sedikit serius. Soalnya ini menyangkut tentang apa yang gue pikirkan, gue rasakan, dan gue rencakan selama menjalani semester ini.

Seperti dugaan gue sebelumnya, semester ini hecticnya ampun-ampunan. Serasa gue udah gak punya celah buat bernafas. Well gue tau ini agak lebay, tapi coba deh kalo lo bayangin jadi gue, tugas menumpuk, materi tambah ribet, ujian? (Can I skip this, Goood? ). Gue bahkan udah lupa gimana rasanya weekend.  Terlalu banyak yang harus dikerjakan, terlalu banyak yang harus dikejar, terlalu banyak yg harus gue selesaikan.

Gue sering banget bete gara-gara semua plan yang udah gue susun di kepala harus berantakan. Entah karena ada acara dadakan atau entah apalah itu. Tapi intinya sih cuma satu, gue gak suka plan gue berantakan, karena itu artinya gue harus nyusun plan dari awal lagi. Walaupun gue tau, hidup itu gak kayak fairytale yang udah ada skenarionya, dan selalu happy ending. Kadang kita emang harus terima aja kenyataan kalo semua yang kita rencanakan, semua yang kita inginkan, gak harus selalu terwujud. Manusia merencakan, tapi yang nentuin tetep Tuhan.

Lo tau? Bahkan sampe sekarang pun gue masih sering berpikir. Kalo dulu gue masuk kedokteran, apakah gue akan mengalami hal seperti ini? Well, dulu gue emang pengen banget jadi dokter trus delegasi di WHO. Sebuah mimpi luar biasa dari seorang anak SMA. Tapi itu bukan tanpa alasan, gue suka biologi dari SMA, dan gue pengen bisa nolong banyak orang dari penderitaan penyakit, hal itulah yang mendorong gue buat jadi doktet. Tapi nyatanya arus kehidupan menyeret gue ke sini, di sudut kota kembang Bandung.

Gue awalnya bingung, karena gue gak tau apa yang gue kejar di kampus ganesha ini. Jadi engineer? Well, itu mungkin bisa jadi salah satu pilihan gue dari sekian sedikit pilihan yang gue punya. Tapi entah mengapa hati ini rasanya sulit menerima. Walaupun gue selalu berusaha meyakinkan  diri gue, kalo emang di sinilah jalan hidup gue, Allah punya rencana yang indah buat
gue di kampus teknik ini dan yang harus gue lakukan hanyalah mempercayainya. Tapi mungkinkah lo bisa percaya ketika bahkan untuk percaya aja menjadi hal tersulit yang lakukan? Ya mungkin itulah sedikit gambaran dari perasaan gue.

Tadi gue surfing di facebook, dan ada orang yang ngeshare link ini http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/24/curhat-do-an-itb-643765.html . Monggo dicek, dibaca, dan direnungkan.

Well, itu kayak siraman air dingin buat gue. Gue masih tingkat 1 dan gue sering banget ngerasa 'what the hell with this lecture'.  Sambil sesekali bertanya sama diri gue buat apa gue belajar ini?
Tapi sekarang gue justru mempertanyakan hal lain. Sebenarnya apa untuk apa gue kuliah? Apa yang gue kejar?
Kebahagiaan? Halah..... Gampang aja itu mah. Lo gak harus kuliah buat ngejar kebahagiaan, bro.
Dan hal ini lah yang masih harus gue pikirkan.

Well, mungkin sekarang gue emang belum  tau tujuan gue kuliah apa. Sama halnya dengan tujuan hidup gue yang masih keliatan abu-abu. Apalah gue, bro... gue saat ini hanyalah bocah 18 tahun yang masih perlu pendewasaan diri, pengalaman hidup pun masih seujung kuku. Tau apa tentang tujuan hidup.

Tapi setidaknya ada satu hal yang gue tau, gue harus  pastikan diri gue gak menyesal di kemudian hari. Karena penyesalan itu datangnya selalu belakangan.

Jalan hidup gue masih panjang banget (jika Allah berkenan memberi gue umur panjang). Mungkin seiring dengan berjalannya sang waktu, gue bakal tau tujuan hidup gue apa. Termasuk apa tujuan gue kuliah dan apa yang gue kejar.

Okee... udah malem. Besok gue masih harus kuliah. Cukup curhatnya. Bye... good night.

16/01/14

Semester 2 ??

Postingan pertama di tahun 2014. Banyak banget yang mau gue ceritain. Dan gue gak tau harus mulai dari mana.

Semester pertama gue sebagai mahasiswa udah resmi berakhir. Setelah penantian selama seminggu nungguin semua kolom di ol akademik berubah jadi kuning semua, kemudian berlanjut menjadi menjadi deretan huruf. Kemudian menjadi sebuah angka yang bulat. Iya, IP. Emang apa lagi kalo bukan itu? Masa iya anak orang? -____- oke, lupakaaaan...

Emang IP lo berapa, diph? Jangan-jangan 4,00 lo ya??!!

Kalo nebak yang realistis dikit napah! Bisa kiamat dunia. Jebol kranium gue kalo IP gue segitu mah -____-
IP gue ya emang gak jelek sih. Tapi juga gak bagus-bagus amat. Ya intinya masih bisa disyukuri hehe :'). Emang IP gue bukan 4,00 standar perfect secara akademik. Tapi buat gue. IP gue itu perfect.

Kok gitu sih, diph?

Iya, soalnya itu adalah hasil kerja keras gue. Perjuangan gue selama satu semester. Lembur hampir tiap malam. Belajar gila-gilaan, dan pernah gak cuma sekali gue dibilang ambis. Kalo secara kasarnya mah itu hasil gue nyiksa diri gue selama satu semester. Dan itulah yang bikin IP gue perfect. Perfect buat gue doang loh yaaa...

Trus sekarang rencana lo apa, diph?

Gak tau. Masih suram. Gue bener-bener gak ada bayangan cuy semester 2 mau kayak apa. Tapi satu hal yang gue sadari, ini bakalan lebih hectic dari sebelumnya. Kalo ibaratnya waktu semester 1 dulu gue masih bisa ketawa maka di semester 2 gue pun masih bisa ketawa. Cuma ketawanya kayak abis dapet kunjungannya osiris.
Lo tau gak? Gue jadi inget. Dulu pacar gue pernah bilang kayak gini, "know your limit. Embrace your limit".
Emang cuma 2 kalimat sederhana. Tapi cukup buat bikin gue merenung, bikin gue sadar. Gue punya batasan. Yang pada akhirnya gue memutuskan buat berdamai sama diri gue sendiri dan belajar nerima kenyataan. Gue belajar buat ikhlas.
Iya, gue emang gak jenius. Tapi gue janji. Gue akan selalu memberikan karya terbaik dimanapun gue berada.
Gue pasrah buat apapun yang terjadi di semester 2. Tapi bukan berarti gue nyerah.
No, darling! The game is about to begin...
Gue percaya. Apapun yan terjadi di hidup gue pasti udah ada yang ngatur.  God works in a mysterious way. Gue percaya, Tuhan itu maha Adil dan rencana Tuhan selalu indah pada waktunya.

KEEP SPIRIT!!! :D
 

Skyscraper Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea