Blog ini berdebu banget yaa...
Ketauan banget gue jarang buka, update apalagi, sampe-sampe tadi aja gue lupa sama password email blog gue. Hampir aja blog ini jadi gak terurus. Ya emang gak keurus sih hahahaha :p
Barusan gue bongkar-bongkar foto lama FB gue. Agak salah sih sebenarnya, cause a lot of memory comes up afterwards. Sesaat gue melihat foto gue dengan sahabat gue, Kiran. Dulu dia sering banget nampang di blog gue.
Ngeliat foto itu, gue jadi inget semuanya, jaman-jaman jahiliah SMP.
Saat-saat dimana gue dan Kiran mengejar seseorang. Bukan orang yang sama kok, hanya saja mereka memang sekelas hahaha.
Saat-saat dimana gue dan Kiran sampe rela menunda jam pulang cuma sampe nungguin mereka lewat.
Saat-saat dimana setiap abis jajan di kantin, gue selalu nyempetin lewat parkiran sepeda cuma buat tau dia parkir sepedanya dimana.
Saat-saat dimana tiap rabu siang, gue selalu liat keluar jendela kelas ke arah parkiran sepeda, menunggu dia lewat ngambil sepedanya (kelas dia emang bubar duluan tiap hari rabu) dan menjadi begitu patah hati begitu jendela itu ditutup, dijadiin tembok dikemudian hari.
Saat-saat dimana tiap hari selasa pagi gue selalu ijin ke toilet cuma buat liat dia lagi main bola di lapangan karena saat itu dia emang lagi jam olahraga.
Saat-saat dimana gue selalu curi-curi pandang ke kelasnya tiap gue ke ruang guru karena kelasnya emang pas di samping ruang guru.
Saat-saat dimana hari sabtu selalu menjadi hari favorit gue. Karena cuma di hari sabtu gue bisa sekelas sama dia, walaupun cuma 4 jam. Gue sama dia berada di level yang sama waktu les b.inggris di LIA Galaxy Bekasi. Gue selalu dateng paling awal cuma buat nungguin dia dateng, dan bisa menjadi begitu kecewa ketika dia gak dateng. Walaupun absennya dia bisa diitung jari sih.
Gue inget semua itu.
Gue inget dia duduk di belakang pintu di hari pertama LIA. Dan gue juga inget spot favoritnya adalah di bawah kipas.
Gue inget waktu dia bilang dia mau lanjut sekolah di SMA TN Magelang dan membuat gue begitu sedih dan bangga di saat yang bersamaan. Gue inget hari-hari dimana gue kangen sama dia setelah dia lulus dan sekolah di Magelang.
Gue inget, betapa senangnya gue waktu tiba-tiba dia muncul di perpus SMP pake seragam pesiar yang bikin dia keliatan gagah banget. Rasanya gue bisa teriak saking senangnya.
Dan pada akhirnya...gue sekolah di tempat yang sama dengannya, di lembah tidar SMA TN Magelang. Sekolah yang kemudian menjadi rumah kedua gue dimana gue menemukan keluarga baru gue, AURORA XXI.
Gue inget dia menemui gue setelah upacara Bukadik, lalu kita makan es krim bareng-bareng. Jantung gue berdegup gak karuan sampe gue takut dia bakal dengar. Itu....... pertama kalinya dia menemui gue secara langsung
Gue inget dia memberikan titipan berupa susu cokelat, wafer tango cokelat dan ucapan semangat ketika gue mau melakukan RPS, PKT, Pembaretan di penghujung masa pendidikan dasar. Ketiga benda yang selalu gue simpen, gak pernah gue makan sampe gue lulus karena buat gue, ketiga benda itu berharga.
Gue inget saat dimana gue meninggalkan buku notes gue di kelas dia setelah gue ujian di kelasnya. Di buku notes itu tertulis inisial namanya, buku itu ditemukan temannya, temannya memberitahunya dan dia pun tahu. Ada sesuatu yang gue sembunyiin dari dia, perasaan gue. Sejak saat itu dia menjadi seolah menjaga jarak dari gue.
Walaupun begitu, dia tetap lah motivasi utama gue selama gue SMA. Dia adalah salah satu yang terpintar di antara teman-temannya. That's why, gue gak boleh kalah sama dia. Gue cuma berharap dengan gue menjadi salah satu dari jajaran siswa dengan nilai baik, dia bakal ngeliat gue. Well, even though in the end, gue gak pernah jadi juara kelas walaupun gue selalu masuk 3 besar di kelas (hanya peringkat pertama yang di panggil di Balairung dan namanya dipampang dipapan prestasi) dan nama gue baru dipanggil ketika gue kelas 3 yang notabene dia udah lulus.
Lalu tersebar kabar bahwa dia menyukai seseorang di angkatannya, gue merasa tertohok. Tapi gue gak mau mempercayai kabar itu sebelum benar ada kabar dia jadian sama cewek ini. Cewek ini baik, dia mengembalikan buku notes gue, dan cewek ini juga tahu perasaan gue ke dia. That's why gue agak merasa terkhianati sebenarnya. Tapi gue gak pernah menunjukkannya ke cewek ini. Gue selalu bersikap seolah emang gak terjadi apa-apa.
Kemudian dia lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di sebuah Institut di Bandung, dan tidak pernah ada kabar dia jadian sama cewek manapun. Bahkan cewek yang sempat digosipkan dia sukai pacaran dengan orang lain. Gue sempat lega karenanya. Gue juga memberikan buku Filosofi Kopi karangan Dee sebagai hadiah perpisahan. Gue gak tau, apakah saat ini buku itu masih dia simpen atau sudah berakhir di tukang loak.
Di penghujung tahun terakhir di SMA, gue mendengar kabar dia berpacaran dengan cewek lain. Hati gue patah. After all this time..........
Gue terpuruk selama beberapa minggu. Sulit banget buat gue menerima kenyataan itu. Gue sempat berpikir dia jahat. Walaupun pada akhirnya, gue menarik pikiran itu, gue gak bisa memaksa dia buat membalas perasaan gue. Kalaupun iya, perasaan itu belum tentu tulus.
Gue lulus dari SMA dan entah kenapa takdir seolah menuntun gue buat ketemu dia lagi di tempat yang sama. Gue kuliah dengan jurusan yang sama dengannya, di tempat yang sama. Entah harus gue sebut musibah atau anugerah. But life must go on, all I have to do is just keep holding on.
Here I am now. Di tahun ketiga kuliah gue, tenggelam dalam proposal skripsi dan praktikum yang seolah tiada pernah berakhir. Dalam beberapa kesempatan, gue masih sering ketemu sama dia, tapi kita gak pernah bertegur sapa. Ngobrol pun bisa diitung jari dan itupun selalu canggung dan awkward. Dia berada di tahun terakhirnya, sibuk dengan persiapan seminar akhir dan ujian kompre lalu wisuda kemudian say bye bye sama kampus Ganesha.
Dia.............
Orang yang SMP, SMA, dan kuliah selalu di tempat yang sama bahkan jurusannya pun sama dengan gue, Orang yang memiliki nosis 09 5577 dan NIM 13012084. Kakak kelas gue. Abang sekolah gue. Abang tim gue di tim Kimia. Dan orang yang paling bertanggung jawab atas jungkir baliknya hidup gue selama hampir satu dekade. Dia... cinta pertama gue. Faris Sulistiawan.
Gue gak pernah menyesal pernah menyukainya. Gue bahkan bersyukur dia pernah hadir di hidup gue. Menyukainya mengajarkan gue banyak hal, tentang kesabaran, pengorbanan, dan ketulusan. Dan jika pun ada kesempatan buat gue mengulang waktu, gue akan senang hati balik lagi ke jaman jahiliyah itu.
Entah sudah berapa banyak air mata gue yang tumpah dan senyum yang tercipta karena dia. Dan gak peduli walaupun sekarang gue udah punya pacar, selalu ada tempat di hati gue buat dia. Walaupun itu tetap gak akan ngerubah keadaan, I will never be with him. Even if he begs me. Dia cukup ada di masa lalu gue, dan buat gue..... itu udah cukup.
Give Me a Title ._.
15 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar